Boediono Siap Bekerja, Kalla Benar-benar Legawa


Kompas | Rabu, 21 Oktober 2009 | 02:58 WIB






”Wah, Bapak sudah pakai Indonesia 2, ya...,” komentar salah seorang kerabat Wakil Presiden Boediono, Selasa (20/10) siang, saat Mercedes Benz berwarna hitam yang membawa Boediono dan istrinya, Ny Herawati, memasuki ujung Jalan Mampang Prapatan XX Nomor 26, Jakarta, tempat tinggal Boediono selama 10 tahun terakhir.
Mereka yang berdiri di depan rumah Boediono itu langsung menyambut maju. Beberapa di antaranya bertepuk tangan. Boediono pun turun dengan wajah semringah dari mobil dan ikut bertepuk tangan. Kemudian, dengan hangat, ia menyambut ucapan selamat beberapa kerabatnya.
Seusai pelantikannya bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Boediono sudah sah menggunakan pelat ”Indonesia 2” sebagai mobil dinas Wakil Presiden RI.

Saat berangkat pada pukul 09.30 menuju Gedung MPR/DPR, Boediono masih menggunakan mobil dengan pelat nomor B 1114 RFD.
Sebaliknya, M Jusuf Kalla, yang mengakhiri jabatannya kemarin, harus kembali menggunakan pelat nomor pribadinya, B 2749 BQ. Sebelumnya, saat berangkat menuju Gedung MPR/DPR, Kalla masih menggunakan ”Indonesia 2”.
Sukacita
Suasana ceria, sukacita, dan rasa syukur terasa kental di kediaman Boediono.
Adik Boediono, Tuti Iswari, pensiunan pegawai Bank Indonesia, mengaku sangat senang dengan pengangkatan kakaknya meskipun ia mengaku harus bisa menyesuaikan diri karena akan mendapat sorotan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara adik bungsu Boediono, Jati Kuntjoro, yang menggeluti usaha di sebuah rumah sakit kecil, memiliki harapan besar kakaknya dapat meringankan beban rakyat kecil, yang kesulitan mendapatkan obat berkualitas dengan harga yang murah serta mahalnya biaya kesehatan.
Rumah kecil Boediono tampak menjadi kian sempit tatkala sebuah tenda dipasang di halaman depan rumah untuk memayungi beberapa meja hidangan.
Ny Herawati yang diberikan ucapan selamat oleh beberapa keluarganya tampak sulit berjalan dari teras rumahnya saat menuju ruang makan.
Setelah melepaskan jas hitamnya, Boediono segera duduk bergabung dengan sejumlah pakar ekonomi
yang selama ini mendampinginya.
Boediono terlihat santai dan banyak tersenyum. Ekspresi wajahnya itu terlihat berbeda dibandingkan dengan saat mengikuti pelantikan di Gedung MPR/DPR. Boediono terlihat agak tegang.
Di tengah-tengah perbincangannya dengan M Ikhsan, Raden Pardede, Rizal Mallarangeng, Chatib Basri, dan Yopi Hidayat, salah satu dari empat cucu Boediono yang bermain di sekitar meja meminta tolong sang kakek membukakan minuman kotak.
Siap
Saat ditanya pers, Boediono mengaku siap menjalankan tugasnya. Hari Rabu ini, Boediono akan mengumpulkan para pejabat di lingkungan Kantor Sekretariat Wapres.
Tanpa ditanya, Boediono kemudian memuji sikap Kalla. ”Pak Kalla memberikan selamat dengan hangat. Saya lihat Pak Kalla legawa,” kata Boediono.
Boediono benar. Meskipun posisinya harus digantikan, Kalla telah legawa kembali menjadi warga negara biasa. ”Bagi saya, tidak ada bedanya antara wakil presiden dan warga negara biasa waktu dulu, kemarin, dan hari ini karena saya menjalani hidup biasa saja. Sekarang memang lebih bebas,” ujar Kalla saat berbincang-bincang di rumah pribadinya di Jalan Brawijaya Nomor 6, Jakarta Selatan, seusai mengakhiri jabatannya.
Rumah pribadi yang kini ditinggalinya memang menjadi tempat terakhir setelah ia mengakhiri jabatannya. Istana Wapres, tempat bekerjanya sehari-hari, atau rumah dinas yang ditinggalinya bersama Ny Mufidah Jusuf Kalla beserta anak cucunya, semua memberi kenangan tersendiri.
Tak heran ketika harus ”pergi” dari Istana Wapres, Kalla ditangisi sejumlah tenaga staf dan pegawainya. Bahkan, Komandan Kompleks Istana Wapres Lettu Infanteri Daud Sibali pun saat melaporkan kondisi pengamanannya ikut terharu.
Jejen (28), tukang kebun di rumah dinasnya, juga mengaku akan kehilangan Kalla dan keluarganya. ”Karena Pak Kalla selalu menyapa kalau saya ucapkan salam,” ujarnya.
Sebelum melangkah ke luar rumah jabatan menuju acara pelantikan presiden, Kalla dan keluarga berdoa bersama. Begitu juga ketika hendak memasuki rumah pribadinya di Jalan Brawijaya, Kalla dan keluarga berdoa terlebih dahulu. Di rumah ini kemarin sekelompok kerabat melakukan pembacaan Al Quran sebelum Kalla tiba.
”Eh, sudah makan? Kau makan dulu,” sapa Kalla saat ditemui Kompas.
Dengan sangat santai, ia duduk di kursi sambil mengangkat kaki ke atas kursi. ”Ndak apa-apa kan, sudah lama saya tidak duduk seperti ini....” (Suhartono)
Share on Google Plus

About Asmat Abu Tsaqib

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment